save the earth

save the earth
save the earth

Senin, 25 September 2017

Bakau Kini ‘Disakralkan’ Warga Desa Bahowo



Catatan : Jelly 'Ching' Siwy 

BAKAU di Desa Bahowo Kecamatan Tongkaina kini menjadi Hal yang sangat sangat penting bagi warga di Desa tersebut. 
Berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, tanaman ini justru menjadi obyek Eksploitasi warga dengan menebang dan menghancurkan lahan tanaman bakau.
Kepentigan ekonomi dari Esploitasi Tanaman bakau menjadi kayu bakar (Kayu api) untuk dijual, masih  diutamakan ketimbang merawat dan mempertahankan tanaman tersebut.


Kegiatan eksploitasi tananam ini sekaan menjadi Lumrah dan legal pada saat itu, Fungsi mangrove sebagai wadah yang menjaga bioekologis, Pelindung garis pantai dari terpaan gelombang yang berdampak pada Abrasi, serta tempat untuk berkembang biaknya biota laut, maupun biota darat seperti reptil, dan aves (burung) masih belum dipahami oleh masyarakat apalagi terkait pengaruhnya terhadap kegiatan ecotourism.

Christian Authoni warga Desa Bahowo mengakui akan hal itu, dirinya bahkan mengatakan menjadi pelaku perambah lahan  Bakau untuk diekplitasi menjadi kayu Bakar.
“Dulu Torang ja Potong itu bakau, jual di Manado, biasanya ambil yang kayu yang mati namun lebih banyak kami tebang pohon yang besar lalu dijemur, “tegasnya 
Dirinya mengatakan angka eksplotasi tanaman di Desa Bahowo sangat besar, sebab selain berprofesi sebagai nelayan dan petani, masyarakat di Desa tersebut memanfaatkan tanaman bakau untuk dijual dalam bentuk kayu bakar.

Namun saat ini menurut dia tanaman Bakau seperti sudah disakralkan. “Sungguh mati, torang enter mo injang depe bibit so tako, apalagi mopotong pohon, berdosa torang, “ ujarnya 
Perlindungan terhadap tanaman bakau di Desa Bahowo memang tidak dilakukan sendiri oleh masyarakat, langkah pendampingan dari Pemerintah dan LSM yang bergerak dibidang Lingkungan Hidup memberikan pengaruh besar terhadap perubahan Opini masyarakat akan tanaman ini. 

Salah satu yang memberikan peran besar adalah LSM Lingkungan Manengkel Solidaritas yang dinilai memberikan pengaruh yang besar terhadap perlindungan tanaman mangrove dan pemberdayaan kawaasn di desa Bahowo sehingga memkiliki nilai besar khususnya sebagai destinasi desa Wisata.
Upaya Manengkel Solidaritas di Desa tidak bisa dipandang sebelah mata, Karena diakui secara langsung adanya pendampingan dari Manengkel Solidaritas, sudah mampu memberikan bias dan keuntungan secara ekonomi kepada masyarakat dan hal ini diyakini  akan berlangsung secara terus menerus Karena sudah ada paradigma Positif dari masyarakat terkait perindungan bakau dan korelasinya.

Benyamin Loho Kepala lingkungan  V Desa Bahowo yang bertanggung jawab atas wilayah perlindungan tersebut mengakui saat ini sudah ada kemajuan yang signifikan khususnya pemahaman masyrakat akan pentingnya  tanaman baau untuk masyarakat. 
“Saat in pengawasan dan perlindungan tanaman bakau sudah menjadi tanggung jawab Bersama masyarakat,” tegasnya 
Bahkan menurut dia saat ini sudah ada kelompok masyarakat seperti kelompok Tunas Biru yang dibentuk  khusus untuk menjaga eksistensi tanaman bakau termasuk daerah perlindungan laut. 

“Kelompok ini jelas sudah mampu memberikan pengaruh pada pengelolaan tanaman bakau di Desa Bahowo, tidak hanya Bakau yang terlindungi namun mampu berdampak pada adanya keuntungan ekonomi bagi masyarakat, “tegasnya
Novanti Loho Ketua kelompok Tunas Biru berucap bangga dengan manfaat dari pemanfaatan dan perlindungan Tanaman Bakau,  sebab selama ini setelah adanya kelompok Tunas Hijau pengawasan dan pengelolaan Mangrove Park makin jelas, bukan hanya berbias pada kunjungan wisatawan namun pada anggota kelompok dan masyarakat.

Saat ini ada 15 Orang anggota Tunas Hijau yang dipercayakan masuk dalam kelompok, diantaranya Kornela Salaeng, Anik Korales, Meske tahulending, Kristian Anthoni, Gayus Galaeng, Kalista Sambene, Benyamin Loho, Silce Barakati, Makda Makalanis, Sartin, Melki Kakombong, Arina Loho dan Gusti. 
“Nama-nama yang masuk dalam kelompok, saat ini adalah mereka yang bersama-sama dengan masyarakat mendedikasikan waktu untuk perlindungan tanaman bakau, ”ujarnya  

Nova mengatakan keberadaan hutan mangrove saat ini sudah sangat menjadi menjadi vital bagi masyarakat pesisir karena memiliki peran tak hanya untuk ekologis, Biologis, tapi mampu memberikan dampak pada ekonomi masyarakat 
Tapi menurut dia kedepan sangat diharapkan ada upaya lagi dari pemerintah untuk menindaklanjuti pembangunan jembatan dalam manggorove. 
“Kami berharap ada upaya dari pemerintah untuk membuat titian jembatan, dalam hutan bakau, namun proyek ini dihatapkan tidak merusak lahan bakau, kami yakin desa Bahowo akan lebih banyak dikunjungi, “ujarnya.(jws)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar