save the earth

save the earth
save the earth

Rabu, 11 September 2013

Makna dari Sebutan Teling



Oleh : Jelly Wensy Siwy

PEKUBURAN TELING : dahulunya kawasan ini banyak ditumbuhi bambu tailing 
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai nilai nilai sejarah negaranya.Kalimat tersebut memang harus diakui sebagai salah satu pembenaran akan kecintaan akan akan Negara. Gambaran kecilnya ketika orang ingin mencari tahu sejarahdi mana dia tinggal dan berada sedikit mencerminkan bentuk kecintaan dan rasa memiliki akan wilayah yang dia tinggal.
Nah catatan ini sedikit menyentil soal Nama salah satu kelurahan di Manado, ya itulah Teling. Secara wilayah pemerintahan wilayah Teling di bagi dua kelurahan yaitu kelurahan Teling Atas dan kelurahan Teling bawah. saat ini masuk dalam wilayah kecamatan Wanea dan ada juga masuk dalam wilayah kecamatan Wenang.
Terkait dengan nama teling saat ini sedikit membagiapa yang penulis tahu, yaitu teling sendiri diambil dari sebutan untuk salah satu kawasan yang orang dulu (1970-an)  sering mengambil bambu (bulu) Teailing dimana kawasan tersebut persisnya berada di seputaran KUD Wenang lama ( Pertigaan menuju SMU 7).

Gajah Mada Asal Desa Kaneyan Minsel?

Desa kaneyan di Minahasa selatan (foto:ist)
BANYAK Spekulasi soal asal Muasal dari Pati Gajah Mada yang merupakan panglima perang kerajaan majapahit. Anggapan anggapan sebelumya menyatakan Gajah mada merupakan tokoh kelahiran Tionghoa yang melakukan perantauan dari daratan china dan akhirnya bergabung dengan kerajaan majapahit. Ada juga anggapan yang menyatakan gajah mada merupakan pemuda asli dari pulau jawa.
Namun demikian anggapan-anggapan itu bisa saja bekembang sebab sampai saat ini klaim terhadap keberadaan dan asal muasal dari pati gajah mada masih banyak diangkat. Nah Baru-baru ini salah seorang warga desa Kaneyan yang berada di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan Minahasa Sulawesi utara mengeluarkan statement yang cukup menggelitik dan bisa jadi bantahan terhadap banyak pernyataan soal asal muasal Gajah Mada.
Adalah Jhony Sumoked lelaki asal Desa Kaneyan menyatakan anggapan yang baru, jika pati Gajah Mada berasa; dari desanya Kaneyan kecamatan tareran Kabupaten Minahasa Selatan Sulawesi Utara.
Kepada media ini, dirinya beranggapan jika gajah mada sebenarnya asalnya dari desa Kaneyan dan termasuk dalam satu dari sembilan Walak ‘Tokoh adat’ yang ada di Minahasa yang memilih keluar daerah.
Disebut Walak karena sampai saat ini warga Sulawesi Utara cenderung membenarkan adanya Tonaas (Pimpinan adat) yang tersebar di dataran Minahasa yang memang saat itu masih satu dari sisi perwilayahan. (sejak tahun 2006 adanya pemekaran wilayah, Minahasa terbagi menjadi beberapa kabupaten). Berdasarkan rangkuman cerita-cerita rakyat, banyak yang tidak pungkiri bahwa tanah Minahasa dahulunya memang memiliki Sembilan Tonaas. Dimana kesembilan Tonaas ini bertugas untuk menjaga keamaan Tanah Minahasa. Bahkan sampai saat ini terkait dengan Sembilan Walak ini masyarakat adat dan budaya di Sulut cenderung mengait ngaitkan dengan manguni makasiouw.
Lantas mengapa Gajah Mada yang menurut diklaim berasal dari desa kaneyan bisa sampai ke jawa dan menetap di kerajaan majapahit?, dirinya menilai keberangkatan Pati Gajah Mada ke Pulau jawa karena memang naluri untuk menfungsikan talenta dan kelebihan yang dimiliki sebagai seorang petinggi adat yang memang memiliki kelebihan di atas Rata-rata.
Soal nama Gajah mada, dia menilai nama tersebut sangat memiliki keterkaitan dengan marga keluarga (Fam) yang ada di desa tersebut. ‘Mada’ menurut dia sampai saat ini masih ada di di desa Kaneyan dan warga Kaneyan banyak yang membenarkan jika marga ini pernah ada di desa tersebut. Bahkan sampai saat ini (2012) masih ada seorang nenek yang memang dipanggil dengan sebutan ‘nenek mada’. Sedangkan soal Gajah dirinya menilai jika sebutan tersebut lebih merupakan arti dan gambaran terhadap fisiologis dari sosok Mada yang memang memiliki tubuh yang besar, kekar serta wajah yang agak geram. Bahkan dalam banyak literature menyebutkan jika orang Minahasa memang memiliki tubuh yang besar dan kekar.
Pendekatan lain yang dipakainya juga adalah adanya termuan banyak kuburan tua yang tersebar di desa Kaneyan yang menrut dia sangat tidak logis jika sebanyak jumlah tersebut jika dikaitkan dengan populasi warga desa yang sangat sedikit pada waku itu. Dan Bukti-bukti ini dikaitkan dengan adanya cerita rakyat desa yang membenarkan jika di desa mereka pernah dimakamkan banyak warga dari luar daerah yang dahulunya dating ke desa tersebut dengan menggunakan atribut aneh.
Anggapan tersebut juga dikaitkan dengan adanya makam putri Solo yang memang santer beredar pernah datasng ke Minahasa tepatnya di Kaneyan dan dimakamkan desa tersebut. Bahkan berdasarkan cerita rakyat desa tersebut pernah dikunjungi oleh salah seorang putri dari jawa.
Anggapan ini dinilai oleh Jhoni menjadi pengauatan jika putri tersebut merupakan istri dari pati Gajah mada yang memang dimakamkan di Mianahasa khususnya Kaneyan yang dinilai aman, dari situasi perang yang bergejolak saat itu di pulau jawa.
Lantas bagaimana ketekaitan antara sumpah palapa dengan Minahasa khususnya Kaneyan Dirinya mengatakan bisa jadi ketika pati Gajah Mada dipercayakan menjadi panglima perang kerajaan Majapahit dia memang memiliki keinginan untuk mempersatukan Nusantara. Nama sumpah palapa sebenarnya diambil dari bahasa minahasa untuk daun kelapa “pa’laapa” sebutan untuk dau kelapa. Filosofinya menurut dia karena daun kelapa memang terpisah pisah daunnya namun dia memiliki satu induk batang. Dan tanaman kelepa di Minahasa sudah menjadi tanaman yang sudah ada ratusan tahun. Bahkan daerah Sulawesai Utara sampai saat ini disebut sebagai daerah Nyiur melambai karena banyaknya tanaman kelapa.
“Jadi nama sumpah palapa bisa jadi diambil dari gambaran Gajah Mada akan tanamah perebunan di Minahasa yang sudah ada dan dikembangkan sebelum dirinya keluar daerah,”tegasnya. Sementara itu terkait dengan pernyataan ini beberapa warga setempat juga membenarkan jika argumen yang dilontarakan oleh Jhony ‘ayong’ Sumoked yang adalah warga Kaneyan memang ada keterkaitan seperti marga (fam) mada dan artefak kuburan tua yang banyak tersebar serta adannya Sembilan tokoh adat.(jellysiwy)