save the earth

save the earth
save the earth

Jumat, 24 Juli 2015

Jejak Imba ‘Sang Rajawali’



catatan: jelly ‘ching’ siwy

Imba dalam satu kesempatan ibadah (foto:ist)

FILOSOFI Burung Rajawali sepertinya melekat dengan seorang Jimmy Rimba Rogi, S.Sos Tokoh kontroversi yang dianggap sebagai seorang Great Leader pemimpin sejati. Bagai Rajawali Tantangan Hidup yang dijalaninya memang tak mudah, bagai diperhadapkan dengan Badai namun hal itu justru mampu membuat ‘Rajawali’ terbang lebih tinggi.
Jejak Hidup Om Imba yang lahir tanggal 7 September tahun 1954 sangat menarik untuk diikuti, Imba kecil hidup berbeda dibanding dengan Anak-anak seusianya . Dalam satu perbincangan dirinya pernah mengatakan sudah terbiasa dengan Hidup dalam hutan karena situasi saat itu, tak ayal jika hanya makan Umbi-umbian sudah menjadi hal biasa bagi seorang Imba yang memang mengagumi sosok ayahnya yang dia kenal dikenal suka membela orang lain. 
Jalan Hidup Imba remajapun akhirnya menjalani hidup dan bersekolah di Manado dengan keluarga dekatnya di Teling Atas sampai dewasa. Hidup yang keras sempat dijalani oleh seorang Jimbaro mulai dari kenek angkot Teling-Pasar 45 bahkan sampai dengan pekerjaan kasar lainnya. Hasil kerja kerasnya pun berbuah dan menuai banyak pengalaman sehinga dirinya mulai mencoba untuk masuk dalam dunia Konstruksi, (kontraktor) bersama dengan Pamannya  Bapak Ruchban.
Suksespun tak terelakan, sehingga nyaris sosok Imba dikenal sebagai Pengusaha yang sukses. Berkat yang didapatpun tidak hanya dinikmati sendiri, sejak lama warga di sekitarnya mengenal sosok Imba sebagai seorang yang dermawan dan selalu menjadi bagian dari masyarakat.Wajar jika masyarakat saat ini menilai dirinya sebagai sosok Santa Claus yang selalu membantu , dalam segala Moment. Dari rangkuman cerita masyarakat jika Sosok Imba dinilai Suka memberikan Peti untuk warga yang berduka, Mendonasikan Uang untuk biaya rumah sakit, atau selalu memberikan sumbangan ke Rumah rumah Ibadah. “Yang penting baku dapa deng Imba deng babilang pasti imba bantu, ini gaya so lama imba bekeng  bukang nanti jadi anggota Dewan atau Walikota,”tegas Edwin Mokodompit tetangga Jimbaro di kompleks PK Carona. 
Merasa ingin berbuat lebih banyak  bagi masyarakat dan bukan sekadar mencari jabatan, sosok Imba masuk dalam Dunia Politik yang dinilainya bisa membuat niatnya untuk berbuat lebih kepada masyarakat dapat terealisasi.
Pada pemakaman menantunya.(foto:ching)
Di era tahun 90-an Jimbaro akhirnya masuk dalam kancah Politik dengan partai Golkar. Sebagai kader yang baru karisma Om Imba sebagai pemimpin ternyata mampu menarik perhatian  tokoh tokoh partai sehingga dia dipercayakan untuk menjabat Ketua Partai Golkar kelurahan Teling Atas, dalam dekade waktu lain, sosok ‘Panglima’  digadang sebagai Ketua Partai Golkar Kecamatan Wanea dan seterusnya menjadi Ketua Golkar Kota Manado dan ketua Partai Golkar Sulawesi Utara.
Eksistensinya dalam kancah politik ternyata mampu membawa dirinya sebagai seorang Politikus yang sangat diperhitungkan dan mampu mengangkat Partai berlambang beringin tersebut menjadi leader di masanya.
Berbagai jabatan seperti Anggota Dewan, Ketua DPRD dan Walikotapun akhirnya dipercayakan kepada ‘Panglima’ sebutan para kader Militan Imba.
Selama menjadi walikota Manado pada periode tersebut Jimbaro berhasil dan tegas dalam memimpin Kota manado, berbagai kemajuan pun diraih oleh ayah dari Susan, Diana dan Jilly yang merupakan anak-anak dari istri pertama yang telah meninggal (Alm) Telly Karundeng.
Berbagai Icon Kota, Infrastrktur dan revitalisasi kawasan perdagangan serta Konsep menjadikan Manado Kota Pariwisata berhasil dilakukan oleh Imba dalam waktu singkat ketika dia menjabat sebagai Walikota.
Sambutan masyarakat ketika pertama kali datang ke manado (foto:ching)
Kharisma, Jiwa kepemimpinan dan Niat Jimbaro yang dinilai Tulus untuk masyarakat akhirnya melahirkan wacana  dan harapan di tataran masyarakat agar dirinya diusung sebagai Gubernur Sulawesi Utara yang setahun kemudian bakal digelar. langkah Jimbaro-pun untuk ikut dalam suksesi Gubernur, terhenti dengan penetapan dirinya sebagai tersangka dugaaan penggunaan dana Negara.
Sirna sudah harapan masyarakat untuk mempercayakan Jimbaro sebagai Gubernur Sulawesi Utara, banyak analiasis waktu itu menilai jika persoalan hukum yang melibatkan Imba diduga kental dengan aroma Politik.
Tahun 2009, Jimbaro akhirnya ditahan dan oleh Komisi Pemberantasan Korumsi (KPK) dan resmi sebagai penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang Jakarta yang selanjutnya dipindahkan di Lapas Sukamiskin sebagai tahanan . Jeruji besi ternyata tidak menjadikan sang ‘Rajawali’ patah sayap justru membiasakan sayapnya untuk tetap kuat dan bertahan, bahkan dirinya menganggap jika penjara Bukanlah neraka.
sisi lain Jimbaro (foto: ching)
Kharisma dan jiwa sosial seorang Jimbaro ternyata selalu ada dimanapun dia berada, tidak hanya di luar penjara namun dalam penjara sekalipun sosok Jimbaro dikenal sebagai seorang yang berjiwa sosial. Wajar jika tokoh ‘Pak wali’ panggilannya di penjara cipinang sangat disegani. Bak karakter dalam Film Dokumenter ‘The Prison Break’ yang ditayangkan dalam channel National Geographic yang mendokumentasikan Hirarki kepemimpinan narapidana di penjara-penjara pada beberapa Negara bagian amerika serikat, tokoh Jimmy Rimba Rogi mendapat penghargaan dan diklaim memegang Hirarki yang tinggi dan disegani oleh rekan-rekan  narapidana justru karena kebaikan dan aksi sosialnya.
Dalam satu artikel sebuah media Lokal juga pernah memberitakan jika Jimmy Rimba Rogi juga membantu dalam pembangunan spiritual para penghuni LP Cipinang dengan menfasilitasi pendirian gereja sederhana dalam LP Cipinang. Nama gerejapun di lokasi tersebut adalah ‘Galilea’ yang merupakan nama Gereja dimana sosok Jimbaro berjemaat di GMIM Galilea Teling Manado. Jimbaro  saat itu dipercayakan  sebagai Penatua Pria Kaum bapa selama lebih dari 3 Periode  juga sebagai Badan Pekerja  Majelis Jemaat.
Selama menjalani masa-masa tahanan di Jakarta ( Cipinang) dan Bandung (sukamiskin) Imba jelas merasa tidak sendiri, sebab istri tercinta Irawati Rogi saleh bersama anak anaknya Shelda dan Beringin Belantara selalu mendampingi sang ayah dan memberikan dukungan Moral.
Imba bersama keluarga dalam satu kesempatan (foto:ist)
Hidup dalam jeruji besi dengan rambut yang sengaja dibiarkan panjang dan memutih, ternyata memberikan banyak hal bagi sosok Imba untuk menjalani kehidupan selanjutnya dengan ketulusan.
Akhir 2014 lalu Jimbaro akhirnya mendapat putusan bebas dari penjara, pelajaran akan kesabaran, ketabahan dan ketulusan yang didapatnya dari penjara akhrinya ditunjukan dengan pakaian serba Putih yang dikenakannya ketika menginjakan kaki di bandara Sam Ratulangi. “Lia !!, Kita pake baju putih putih karna kita so ndak mo inga yang lalu lalu, deng suka mo hidop baru,”ujarnya di kerumunan masa yang menjemput ‘Sang Rajawali’ di bandara Sam Ratulangi.
Imba ketika bersama pekerja kebunnya di desa Wineru. (foto:ist)
Dan memang benar dalam beberapa waktu selama di Wineru,  Riak-riak Politik dan tingginya Konstelasi Politik di daerah waktu itu, tidak mengubris langkah Jimbaro untuk kembali ke dunia Politik yang membesarkan namanya. “Kita skarang mo bakobong,“ begitu ucapannya dalam beberapa kesempatan kepada masyarakat ketika di Wineru.
Namunn demikian kendati sudah Komitmen untuk  menjadi petani dan bakobong, ketokohan Jimbaro tetap masih menjadi magnet keberuntungan bagi para politikus maupun Birokrat.
Tak ayal kendati berada jauh dari Manado banyak tokoh Politik dan Birokrat yang sawon atau sekadar mengambil foto bersama dengan tokoh yang penuh charisma tersebut. Tentunya mampirnya sejumlah tokoh politik, Tokoh masyarakat dan Biirokrat di Desa Wineru memberikan efek positif bagi mereka entah dijadikan sebagai satu propaganda atau sekadar temu kangen.
Selama di Wineru, Imba memang kosentrasi untuk menjadi petani dengan mengambangkan tanaman Padi, atau menanam bibit cengkeh kebun miliknya. Komitmen ini dijalankan Jimbaro karena menganggap dirinya sudah pupus untuk masuk dalam dunia Politik akibat status yang melekat padanya sebagai mantan narapidana.
Namun nasib berkata lain, ketika beberapa waktu lalu Mahkama konstitusi mengabulkan pembatalan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) tentang larangan mantan narapidana untuk ikut dalam suksesi kepala daerah. Dimana Putusan terbaru mengabulkan adanya permohonan agar mantan narapidana bisa ikut dalam suksesi Pilkada dengan catatan khusus.
Bak gayung bersambut, Putusan ini bagaikan berkat bagi Om Imba yang sebelumnya sudah memutuskan untuk ‘Bakobong’. Atas desakan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Imba-pun menyatakan siap untuk kembali maju dalam suksesi Walikota Manado periode 2015-2020.
Putusan majunya Imba yang memang pada masa Injury Time ternyata mampu merubah Total Konstelasi Politik Partai-partai pendukung maupun pengusung calon Walikota.
Langkah cepat memang langsung diambil oleh Jimbaro dengan langsung menjemput Surat kepuutusan DPP terkait penetapan dirinya sebagai calon Walikota Manado.
Berita majunya imba ternyata disambut positif oleh masyarakat yang kembali menunjukan dukungannya dengan secara spontanitas menjemput ‘Panglima’ yang membawa SK penetapan Calon Walikota di bandara Sam Ratulangi.


Onal Mapaliey kerabat dekat Jimmy Rimba Rogi menyatakan adanya putusan dari MK merupakan satu Mujizat dan harapan baru bagi Imba. “Niat Orang benar pasti akan dibukakan oleh Tuhan,”tegas onal dalam satu perbincangan.
Niat majunya Imba memang tidak main-main dan akan lebih serius dalam banyak hal terutama soal pengawasan keuangan dan ketegasan, dirinya mengatakan akan lebih hati hati dan melakukan fungsi control yang kuat. “Kalu dulu kita, anak buah yang beking  Bodok,”tegasnya blak blakan di depan sejumlah wartawan yang hadir di rumahnya di kawasan teling Atas usai dari Jakarta menjemput SK DPP. Bahkan soal ketegasan dirinya mengatakan apabila Tuhan masih mengizinkan untuk memimpin Kota Manado dirinya tidak akan gentar untuk lebih Tegas. “Kalu dulu kita pe Urat tako so putus, skarang so Ilang,” begitu judul yang di pasang di sebuah koran Lokal berdasarkan hasil percakapan pada saat yang bersamaan.
“Imba bale Manado” mungkin menjadi Tagline yang berbeda digunakan sebagai bahasa Sosialisasi yang menyatakan keinginannya untuk kembali memimpin Pemerintahan Kota Manado. Sangat unik dengan bahasa yang sederhana ketika beberapa calon yang lain mencoba mengambil bahasa-bahasa Formal. Suatu pendekatan yang mampu menarik perhatian masyarakat, mencoba menganalisis tagline tersebut, Imba justru tidak lagi menjelaskan siapa dirinya dan apa yang sudah dilakukan. “Masyarakat So tau sapa Kita,” tegasnya dalam satu perbincangan.
Sangat jelas hanya satu keinginan dari dirinya adalah kembali bersama masyarakat, yang memang Notabene lebih banyak tahu soal keberhasilan dan apa yang dilakukanya dalam waktu singkat selama memimpin Kota Manado.
Doa dan dukungan masyarakat bagi Imba adalah sangat penting. “Kita Maju bukang For kita, for masyarakat,”ucapnya. (ching)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar