catatan: jelly ‘ching’ siwy
Imba dalam satu kesempatan ibadah (foto:ist) |
FILOSOFI Burung Rajawali sepertinya melekat dengan seorang
Jimmy Rimba Rogi, S.Sos Tokoh kontroversi yang dianggap sebagai seorang Great
Leader pemimpin sejati. Bagai Rajawali Tantangan Hidup yang dijalaninya memang
tak mudah, bagai diperhadapkan dengan Badai namun hal itu justru mampu membuat ‘Rajawali’
terbang lebih tinggi.
Jejak Hidup Om Imba yang lahir tanggal 7 September tahun 1954 sangat menarik untuk diikuti, Imba kecil hidup berbeda dibanding dengan Anak-anak
seusianya . Dalam satu perbincangan dirinya pernah mengatakan sudah terbiasa
dengan Hidup dalam hutan karena situasi saat itu, tak ayal jika hanya makan
Umbi-umbian sudah menjadi hal biasa bagi seorang Imba yang memang mengagumi
sosok ayahnya yang dia kenal dikenal suka membela orang lain.
Jalan Hidup Imba remajapun akhirnya menjalani hidup dan
bersekolah di Manado dengan keluarga dekatnya di Teling Atas sampai dewasa.
Hidup yang keras sempat dijalani oleh seorang Jimbaro mulai dari kenek angkot
Teling-Pasar 45 bahkan sampai dengan pekerjaan kasar lainnya. Hasil kerja
kerasnya pun berbuah dan menuai banyak pengalaman sehinga dirinya mulai mencoba
untuk masuk dalam dunia Konstruksi, (kontraktor) bersama dengan Pamannya Bapak Ruchban.
Suksespun tak terelakan, sehingga nyaris sosok Imba dikenal
sebagai Pengusaha yang sukses. Berkat yang didapatpun tidak hanya dinikmati
sendiri, sejak lama warga di sekitarnya mengenal sosok Imba sebagai seorang
yang dermawan dan selalu menjadi bagian dari masyarakat.Wajar jika masyarakat saat ini menilai dirinya sebagai sosok
Santa Claus yang selalu membantu , dalam segala Moment. Dari rangkuman cerita
masyarakat jika Sosok Imba dinilai Suka memberikan Peti untuk warga yang
berduka, Mendonasikan Uang untuk biaya rumah sakit, atau selalu memberikan
sumbangan ke Rumah rumah Ibadah. “Yang
penting baku dapa deng Imba deng babilang pasti imba bantu, ini gaya so lama
imba bekeng bukang nanti jadi anggota
Dewan atau Walikota,”tegas Edwin Mokodompit tetangga Jimbaro di kompleks PK
Carona.
Merasa ingin berbuat lebih banyak bagi masyarakat dan bukan sekadar mencari
jabatan, sosok Imba masuk dalam Dunia Politik yang dinilainya bisa membuat
niatnya untuk berbuat lebih kepada masyarakat dapat terealisasi.
Pada pemakaman menantunya.(foto:ching) |
Di era tahun 90-an Jimbaro akhirnya masuk dalam kancah
Politik dengan partai Golkar. Sebagai kader yang baru karisma Om Imba sebagai
pemimpin ternyata mampu menarik perhatian
tokoh tokoh partai sehingga dia dipercayakan untuk menjabat Ketua Partai
Golkar kelurahan Teling Atas, dalam dekade waktu lain, sosok ‘Panglima’ digadang sebagai Ketua Partai Golkar Kecamatan
Wanea dan seterusnya menjadi Ketua Golkar Kota Manado dan ketua Partai Golkar
Sulawesi Utara.
Eksistensinya dalam kancah politik ternyata mampu membawa
dirinya sebagai seorang Politikus yang sangat diperhitungkan dan mampu
mengangkat Partai berlambang beringin tersebut menjadi leader di masanya.
Berbagai jabatan seperti Anggota Dewan, Ketua DPRD dan
Walikotapun akhirnya dipercayakan kepada ‘Panglima’ sebutan para kader Militan Imba.
Selama menjadi walikota Manado pada periode tersebut Jimbaro
berhasil dan tegas dalam memimpin Kota manado, berbagai kemajuan pun diraih
oleh ayah dari Susan, Diana dan Jilly yang merupakan anak-anak dari istri
pertama yang telah meninggal (Alm) Telly Karundeng.
Berbagai Icon Kota, Infrastrktur dan revitalisasi kawasan
perdagangan serta Konsep menjadikan Manado Kota Pariwisata berhasil dilakukan
oleh Imba dalam waktu singkat ketika dia menjabat sebagai Walikota.
Sambutan masyarakat ketika pertama kali datang ke manado (foto:ching) |
Kharisma, Jiwa kepemimpinan dan Niat Jimbaro yang dinilai
Tulus untuk masyarakat akhirnya melahirkan wacana dan harapan di tataran masyarakat agar
dirinya diusung sebagai Gubernur Sulawesi Utara yang setahun kemudian bakal
digelar. langkah Jimbaro-pun untuk ikut dalam suksesi Gubernur, terhenti dengan
penetapan dirinya sebagai tersangka dugaaan penggunaan dana Negara.
Sirna sudah harapan masyarakat untuk mempercayakan Jimbaro
sebagai Gubernur Sulawesi Utara, banyak analiasis waktu itu menilai jika
persoalan hukum yang melibatkan Imba diduga kental dengan aroma Politik.
Tahun 2009, Jimbaro akhirnya ditahan dan oleh Komisi
Pemberantasan Korumsi (KPK) dan resmi sebagai penghuni Lembaga Pemasyarakatan
(Lapas) Cipinang Jakarta yang selanjutnya dipindahkan di Lapas Sukamiskin
sebagai tahanan . Jeruji besi ternyata tidak menjadikan sang ‘Rajawali’ patah
sayap justru membiasakan sayapnya untuk tetap kuat dan bertahan, bahkan dirinya
menganggap jika penjara Bukanlah neraka.
sisi lain Jimbaro (foto: ching) |
Kharisma dan jiwa sosial seorang Jimbaro ternyata selalu ada
dimanapun dia berada, tidak hanya di luar penjara namun dalam penjara sekalipun
sosok Jimbaro dikenal sebagai seorang yang berjiwa sosial. Wajar jika tokoh
‘Pak wali’ panggilannya di penjara cipinang sangat disegani. Bak karakter dalam
Film Dokumenter ‘The Prison Break’
yang ditayangkan dalam channel National Geographic yang mendokumentasikan
Hirarki kepemimpinan narapidana di penjara-penjara pada beberapa Negara bagian
amerika serikat, tokoh Jimmy Rimba Rogi mendapat penghargaan dan diklaim
memegang Hirarki yang tinggi dan disegani oleh rekan-rekan narapidana justru karena kebaikan dan aksi
sosialnya.
Dalam satu artikel sebuah media Lokal juga pernah
memberitakan jika Jimmy Rimba Rogi juga membantu dalam pembangunan spiritual
para penghuni LP Cipinang dengan menfasilitasi pendirian gereja sederhana dalam
LP Cipinang. Nama gerejapun di lokasi tersebut adalah ‘Galilea’ yang merupakan
nama Gereja dimana sosok Jimbaro berjemaat di GMIM Galilea Teling Manado.
Jimbaro saat itu dipercayakan sebagai Penatua Pria Kaum bapa selama lebih
dari 3 Periode juga sebagai Badan
Pekerja Majelis Jemaat.
Selama menjalani masa-masa tahanan di Jakarta ( Cipinang) dan
Bandung (sukamiskin) Imba jelas merasa tidak sendiri, sebab istri tercinta
Irawati Rogi saleh bersama anak anaknya Shelda dan Beringin Belantara selalu
mendampingi sang ayah dan memberikan dukungan Moral.
Imba bersama keluarga dalam satu kesempatan (foto:ist) |
Hidup dalam jeruji besi dengan rambut yang sengaja dibiarkan
panjang dan memutih, ternyata memberikan banyak hal bagi sosok Imba untuk menjalani
kehidupan selanjutnya dengan ketulusan.
Akhir 2014 lalu Jimbaro akhirnya mendapat putusan bebas dari
penjara, pelajaran akan kesabaran, ketabahan dan ketulusan yang didapatnya dari
penjara akhrinya ditunjukan dengan pakaian serba Putih yang dikenakannya ketika
menginjakan kaki di bandara Sam Ratulangi. “Lia
!!, Kita pake baju putih putih karna kita so ndak mo inga yang lalu lalu, deng
suka mo hidop baru,”ujarnya di kerumunan masa yang menjemput ‘Sang Rajawali’
di bandara Sam Ratulangi.
Imba ketika bersama pekerja kebunnya di desa Wineru. (foto:ist) |
Dan memang benar dalam beberapa waktu selama di Wineru, Riak-riak Politik dan tingginya Konstelasi
Politik di daerah waktu itu, tidak mengubris langkah Jimbaro untuk kembali ke
dunia Politik yang membesarkan namanya. “Kita
skarang mo bakobong,“ begitu ucapannya dalam beberapa kesempatan kepada
masyarakat ketika di Wineru.
Namunn demikian kendati sudah Komitmen untuk menjadi petani dan bakobong, ketokohan Jimbaro tetap masih menjadi magnet
keberuntungan bagi para politikus maupun Birokrat.
Tak ayal kendati berada jauh dari Manado banyak tokoh Politik
dan Birokrat yang sawon atau sekadar mengambil foto bersama dengan tokoh yang
penuh charisma tersebut. Tentunya mampirnya sejumlah tokoh politik, Tokoh
masyarakat dan Biirokrat di Desa Wineru memberikan efek positif bagi mereka
entah dijadikan sebagai satu propaganda atau sekadar temu kangen.
Selama di Wineru, Imba memang kosentrasi untuk menjadi petani
dengan mengambangkan tanaman Padi, atau menanam bibit cengkeh kebun miliknya.
Komitmen ini dijalankan Jimbaro karena menganggap dirinya sudah pupus untuk
masuk dalam dunia Politik akibat status yang melekat padanya sebagai mantan
narapidana.
Namun nasib berkata lain, ketika beberapa waktu lalu Mahkama
konstitusi mengabulkan pembatalan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU)
tentang larangan mantan narapidana untuk ikut dalam suksesi kepala daerah.
Dimana Putusan terbaru mengabulkan adanya permohonan agar mantan narapidana
bisa ikut dalam suksesi Pilkada dengan catatan khusus.
Bak gayung bersambut, Putusan ini bagaikan berkat bagi Om
Imba yang sebelumnya sudah memutuskan untuk ‘Bakobong’. Atas desakan Dewan
Pimpinan Pusat (DPP) Imba-pun menyatakan siap untuk kembali maju dalam suksesi Walikota
Manado periode 2015-2020.
Putusan majunya Imba yang memang pada masa Injury Time
ternyata mampu merubah Total Konstelasi Politik Partai-partai pendukung maupun
pengusung calon Walikota.
Langkah cepat memang langsung diambil oleh Jimbaro dengan
langsung menjemput Surat kepuutusan DPP terkait penetapan dirinya sebagai calon
Walikota Manado.
Berita majunya imba ternyata disambut positif oleh masyarakat
yang kembali menunjukan dukungannya dengan secara spontanitas menjemput ‘Panglima’
yang membawa SK penetapan Calon Walikota di bandara Sam Ratulangi.
Onal Mapaliey kerabat dekat Jimmy Rimba Rogi menyatakan
adanya putusan dari MK merupakan satu Mujizat dan harapan baru bagi Imba. “Niat
Orang benar pasti akan dibukakan oleh Tuhan,”tegas onal dalam satu
perbincangan.
Niat majunya Imba memang tidak main-main dan akan lebih
serius dalam banyak hal terutama soal pengawasan keuangan dan ketegasan,
dirinya mengatakan akan lebih hati hati dan melakukan fungsi control yang kuat.
“Kalu dulu kita, anak buah yang beking
Bodok,”tegasnya blak blakan di depan sejumlah wartawan yang hadir di
rumahnya di kawasan teling Atas usai dari Jakarta menjemput SK DPP. Bahkan soal
ketegasan dirinya mengatakan apabila Tuhan masih mengizinkan untuk memimpin
Kota Manado dirinya tidak akan gentar untuk lebih Tegas. “Kalu dulu kita pe Urat tako so putus, skarang so Ilang,” begitu
judul yang di pasang di sebuah koran Lokal berdasarkan hasil percakapan pada
saat yang bersamaan.
“Imba bale Manado” mungkin menjadi Tagline yang berbeda
digunakan sebagai bahasa Sosialisasi yang menyatakan keinginannya untuk kembali
memimpin Pemerintahan Kota Manado. Sangat unik dengan bahasa yang sederhana
ketika beberapa calon yang lain mencoba mengambil bahasa-bahasa Formal. Suatu pendekatan
yang mampu menarik perhatian masyarakat, mencoba menganalisis tagline tersebut,
Imba justru tidak lagi menjelaskan siapa dirinya dan apa yang sudah dilakukan.
“Masyarakat So tau sapa Kita,” tegasnya dalam satu perbincangan.
Sangat jelas hanya satu keinginan dari dirinya adalah kembali
bersama masyarakat, yang memang Notabene lebih banyak tahu soal keberhasilan
dan apa yang dilakukanya dalam waktu singkat selama memimpin Kota Manado.
Doa dan dukungan masyarakat bagi Imba adalah sangat penting.
“Kita Maju bukang For kita, for
masyarakat,”ucapnya. (ching)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar