save the earth

save the earth
save the earth

Kamis, 17 Oktober 2013

Rakyat Tumbal Para ‘Onasis’


Jelly Wensy Siwy, S.Pt
SISTIM Politik dalam beberapa pemilu terakhir dapat dikatakan salah kaprah, konsep kerakyatan sesuai dengan amanah dari UUD kian bergeser. Jargon ‘Dari dan untuk rakyat’ terkesan mulai tereliminir oleh konsep politik ‘Pembodohan’ yang aktornya para kaum ‘Onasis’ (orangkaya-red) yang memanfaatkan kelemahan situasi ekonomi dan ketidaktahuan rakyat tentang demokrasi yang sebenarnya lewat sistim ‘transaksi suara’, Money politic, Politik uang, (Gade Suara-manado) atau sebutan apalah.
Dalam beberapa Pemilu, fenomena ini dimainkan dalam drama yang mengusung judul ‘Pesta demokrasi’, para actor yang terlibatpun memang banyak dari kaum Borju, dan terang terangan memainkan perannya dalam drama tersebut .

Selasa, 15 Oktober 2013

Bang Yos: Kita sudah di Medan Perang

BANG YOS ketika memberikan arahan dalam Pembekalan Caleg se Sulut
 KETUA umum PKPI SUTIYOSO kembali menegaskan agar kader PKPI dan pengurus Partai untuk merapatkan barisan dan memperkuat konsolidasi antara pengurus dan kader. Penegasan ini disampaikan Sutiyoso terkait jika masih adanya riak riak antara jajaran pengurus khususnya antara sekretaris dan Ketua atau sebaliknya.
“Saat ini kita sudah di medan perang dan seharusnya bertempur, bukan saatnya lagi berpikir siapa yang komandan dan siapa yang wakil Komandan,” tegasnya pada kegiatan pembekalan caleg yang digelar di Manado 9 Oktober lalu.
Bang Yos mengingatkan agar persoalan struktural organisasi PKPI di semua lini, tidak mengganggu target dan upaya dari kader dan Visi Partai. “Saatnya sekarang kita berpikir bagaimana untuk mengalahkan, dan melumpuhkan lawan yang sudah ada bersama sama dengan kita saat ini, di medan pertempuran politik, “ujar bang Yos yang dengan tegas mengajak agar semua kader harus optimis dan bijaksana menghadapi pertempuran politik tahun 2014 nanti yang sudah dimulai saat ini. (jellywensysiwy)

Sabtu, 12 Oktober 2013

BANG YOS DISAMBUT TARIAN PERANG

BANDARA  Sam Ratulangi Manado siang 10  oktober lalu, bergema dengan  pekikan pekikan keras dari suara para  penari Cakalele, tarian perang orang Minahasa. Banyak warga yang panik dengan suara suara tersebut dan bertanya siapa yang akan datang.
Tarian Cakalele biasanya digunakan untuk menyambut orang yanmg dinilai memberikan dedikasi terhadap bangsa. Siang itu ternyata Hadir ‘Bang Yos’ yang merupakan ketua umum Partai keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) untuk menghadiri kegiatan pembekalan calon anggota legislatif se sulawesi Utara .

Jumat, 11 Oktober 2013

DUA CAPRES BERTEMU DI GEDUNG ‘KERUCUT’



ADA yang menarik dari kegiatan paripurna HUT Kota bitung yang dilaksanakan tanggal 10 Oktober  lalu. Betapa tidak  dalam kegiatan tersebut bertemu dua kader terbaik bangsa yang sama sama dipercayakan untuk maju sebagai calon presiden. Yang pertama  Letjen (purn) DR Sutiyoso yang dipercayakan untuk masju sebagai calon Presiden dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dan yang kedua ada figur Sinyo Hari Sarundajang (SHS) yang niotabene sebagai Gubernur Sulawesi Utara sejaliguis diusung oleh partai Demokrat untuk mengikuti Konvensi penjaringan calon Prtesiden dari partai berlambanmg Bintang Mercy tersebut.

SHS  dalam kesempatan tersebut  memberikan sambutan hangat atas kehadiran ‘Bang Yos’ dalam rapat  paripurna. “Bang Yos  ini adalah senior saya, dan satui satunya Gubernur yang menjabat Gubernurm dua periode di DKI yang adalah ibukota negara, Bang Yos juga adalah  ketua saya dalam organisasi kepala daerah se indonesia beberapa waktu lalu, “tegasnya.
Bang Yos sendiri hadir sebagai Undangan dan ketua umum PKPI yang notabene menjadi partai pemenang di Kota Bitung sulawesi Utara. Hanny Sondahk yang saat ini menjabat walikota Bitung adalah  ketua PKPI dan Santy Luntungan yang adalah kader PKPI dipercayakan sebagai ketua dewan di kota Bitung. (jellysiwy)



Rabu, 02 Oktober 2013

Caleg Usungan PKPI Manado


PARTAI Keadilan dan Persatuan Indonesia  (PKPI) beritmen untuk memberikan yang terbaik bagi perubahan bangsa, bagi perbaikan Pilar bangsa. Konsep  menjadikan  pancasila berada pada Fungsinya yang sebenarnya  benar benar menjadi tekad dari anak anak PKPI. Berjuta tantangan yang dihadapi, badaipun siap menghadang namun Langkah  sudah ditapaki urung untuk berbalik. Dan untuk tahun 2014 mendatang kami lewat Proses penjaringan dan tahapan yang ada, PKPI Kota Manado  berhasil  menetapkan  nama nama yang  ditawarkan untuk  mengemban kepercayaan dari masyarakat ….

Sabtu, 21 September 2013

Angin Segar Hadirnya FGMLT Untuk Teling Damai

catatan: Jelly Wensy Siwy

KOMPAK.: FGMLT ketika beribadah padang Bersama
PENGURUS,dan anggota  bersama Tokoh FGMLT
SATU Fakta yang tidak bisa dibantah, jika  kawasan Teling masih diidentikan dengan kawasan yang tidak ramah, tidak aman atau sangat identik dengan premanisme. Opini ini sudah berjalan bahkan sampai saat ini masih ada saja yang mengidentikan kawasan ini sebagai kawasan yang tidak  punya  nilai jual karena pertimbangan stabilitas keamanan. Bahkan tukang ojekpun  masih enggan untuk membawa penumpang jika  sudah larut malam, hanya mereka yang punya nyali saja mau untuk  mengantar penumpang   ke  beberapa kawasan di kelurahan ini itupun dengan tarif  yang dipatok tinggi.

Rabu, 11 September 2013

Makna dari Sebutan Teling



Oleh : Jelly Wensy Siwy

PEKUBURAN TELING : dahulunya kawasan ini banyak ditumbuhi bambu tailing 
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai nilai nilai sejarah negaranya.Kalimat tersebut memang harus diakui sebagai salah satu pembenaran akan kecintaan akan akan Negara. Gambaran kecilnya ketika orang ingin mencari tahu sejarahdi mana dia tinggal dan berada sedikit mencerminkan bentuk kecintaan dan rasa memiliki akan wilayah yang dia tinggal.
Nah catatan ini sedikit menyentil soal Nama salah satu kelurahan di Manado, ya itulah Teling. Secara wilayah pemerintahan wilayah Teling di bagi dua kelurahan yaitu kelurahan Teling Atas dan kelurahan Teling bawah. saat ini masuk dalam wilayah kecamatan Wanea dan ada juga masuk dalam wilayah kecamatan Wenang.
Terkait dengan nama teling saat ini sedikit membagiapa yang penulis tahu, yaitu teling sendiri diambil dari sebutan untuk salah satu kawasan yang orang dulu (1970-an)  sering mengambil bambu (bulu) Teailing dimana kawasan tersebut persisnya berada di seputaran KUD Wenang lama ( Pertigaan menuju SMU 7).

Gajah Mada Asal Desa Kaneyan Minsel?

Desa kaneyan di Minahasa selatan (foto:ist)
BANYAK Spekulasi soal asal Muasal dari Pati Gajah Mada yang merupakan panglima perang kerajaan majapahit. Anggapan anggapan sebelumya menyatakan Gajah mada merupakan tokoh kelahiran Tionghoa yang melakukan perantauan dari daratan china dan akhirnya bergabung dengan kerajaan majapahit. Ada juga anggapan yang menyatakan gajah mada merupakan pemuda asli dari pulau jawa.
Namun demikian anggapan-anggapan itu bisa saja bekembang sebab sampai saat ini klaim terhadap keberadaan dan asal muasal dari pati gajah mada masih banyak diangkat. Nah Baru-baru ini salah seorang warga desa Kaneyan yang berada di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan Minahasa Sulawesi utara mengeluarkan statement yang cukup menggelitik dan bisa jadi bantahan terhadap banyak pernyataan soal asal muasal Gajah Mada.
Adalah Jhony Sumoked lelaki asal Desa Kaneyan menyatakan anggapan yang baru, jika pati Gajah Mada berasa; dari desanya Kaneyan kecamatan tareran Kabupaten Minahasa Selatan Sulawesi Utara.
Kepada media ini, dirinya beranggapan jika gajah mada sebenarnya asalnya dari desa Kaneyan dan termasuk dalam satu dari sembilan Walak ‘Tokoh adat’ yang ada di Minahasa yang memilih keluar daerah.
Disebut Walak karena sampai saat ini warga Sulawesi Utara cenderung membenarkan adanya Tonaas (Pimpinan adat) yang tersebar di dataran Minahasa yang memang saat itu masih satu dari sisi perwilayahan. (sejak tahun 2006 adanya pemekaran wilayah, Minahasa terbagi menjadi beberapa kabupaten). Berdasarkan rangkuman cerita-cerita rakyat, banyak yang tidak pungkiri bahwa tanah Minahasa dahulunya memang memiliki Sembilan Tonaas. Dimana kesembilan Tonaas ini bertugas untuk menjaga keamaan Tanah Minahasa. Bahkan sampai saat ini terkait dengan Sembilan Walak ini masyarakat adat dan budaya di Sulut cenderung mengait ngaitkan dengan manguni makasiouw.
Lantas mengapa Gajah Mada yang menurut diklaim berasal dari desa kaneyan bisa sampai ke jawa dan menetap di kerajaan majapahit?, dirinya menilai keberangkatan Pati Gajah Mada ke Pulau jawa karena memang naluri untuk menfungsikan talenta dan kelebihan yang dimiliki sebagai seorang petinggi adat yang memang memiliki kelebihan di atas Rata-rata.
Soal nama Gajah mada, dia menilai nama tersebut sangat memiliki keterkaitan dengan marga keluarga (Fam) yang ada di desa tersebut. ‘Mada’ menurut dia sampai saat ini masih ada di di desa Kaneyan dan warga Kaneyan banyak yang membenarkan jika marga ini pernah ada di desa tersebut. Bahkan sampai saat ini (2012) masih ada seorang nenek yang memang dipanggil dengan sebutan ‘nenek mada’. Sedangkan soal Gajah dirinya menilai jika sebutan tersebut lebih merupakan arti dan gambaran terhadap fisiologis dari sosok Mada yang memang memiliki tubuh yang besar, kekar serta wajah yang agak geram. Bahkan dalam banyak literature menyebutkan jika orang Minahasa memang memiliki tubuh yang besar dan kekar.
Pendekatan lain yang dipakainya juga adalah adanya termuan banyak kuburan tua yang tersebar di desa Kaneyan yang menrut dia sangat tidak logis jika sebanyak jumlah tersebut jika dikaitkan dengan populasi warga desa yang sangat sedikit pada waku itu. Dan Bukti-bukti ini dikaitkan dengan adanya cerita rakyat desa yang membenarkan jika di desa mereka pernah dimakamkan banyak warga dari luar daerah yang dahulunya dating ke desa tersebut dengan menggunakan atribut aneh.
Anggapan tersebut juga dikaitkan dengan adanya makam putri Solo yang memang santer beredar pernah datasng ke Minahasa tepatnya di Kaneyan dan dimakamkan desa tersebut. Bahkan berdasarkan cerita rakyat desa tersebut pernah dikunjungi oleh salah seorang putri dari jawa.
Anggapan ini dinilai oleh Jhoni menjadi pengauatan jika putri tersebut merupakan istri dari pati Gajah mada yang memang dimakamkan di Mianahasa khususnya Kaneyan yang dinilai aman, dari situasi perang yang bergejolak saat itu di pulau jawa.
Lantas bagaimana ketekaitan antara sumpah palapa dengan Minahasa khususnya Kaneyan Dirinya mengatakan bisa jadi ketika pati Gajah Mada dipercayakan menjadi panglima perang kerajaan Majapahit dia memang memiliki keinginan untuk mempersatukan Nusantara. Nama sumpah palapa sebenarnya diambil dari bahasa minahasa untuk daun kelapa “pa’laapa” sebutan untuk dau kelapa. Filosofinya menurut dia karena daun kelapa memang terpisah pisah daunnya namun dia memiliki satu induk batang. Dan tanaman kelepa di Minahasa sudah menjadi tanaman yang sudah ada ratusan tahun. Bahkan daerah Sulawesai Utara sampai saat ini disebut sebagai daerah Nyiur melambai karena banyaknya tanaman kelapa.
“Jadi nama sumpah palapa bisa jadi diambil dari gambaran Gajah Mada akan tanamah perebunan di Minahasa yang sudah ada dan dikembangkan sebelum dirinya keluar daerah,”tegasnya. Sementara itu terkait dengan pernyataan ini beberapa warga setempat juga membenarkan jika argumen yang dilontarakan oleh Jhony ‘ayong’ Sumoked yang adalah warga Kaneyan memang ada keterkaitan seperti marga (fam) mada dan artefak kuburan tua yang banyak tersebar serta adannya Sembilan tokoh adat.(jellysiwy)



Rabu, 04 September 2013

PERMESTA BUKAN PEMBERONTAK

Setelah Pemboman oleh Pemerintah Pusat lewat AURI atas kota Manado 22 Februari 1958, maka dikeluarkan pemberintahuan oleh Mayor W. Najoan dari penerangan angkatan darat KDM SUT untuk kepada siapa saja yang ingin membela PERMESTA untuk sukarela melapor dan dijadikan militer PERMESTA, beserta itu juga diberitahukan bahwa Komando Daerah Militer Sulawesi Utara dan Tengah yang secara struktur organisasi militer berada di bawah Teritorium VII Wirabuana dinyatakan dalam keadaan darurat perang-Staat Oorlog en Behleg (S.O.B).

Maka secara spontanitas pelajar, mahasiswa, pemuda, dan orang dewasa yang sanggup memanggul senjata di seluruh Sulawesi Utara datang melapor untuk siap dipersenjatai menjadi militer PERMESTA, dan tidak terkecuali ex-KNIL sesuai dengan ketentuan militer professional mereka harus melapor untuk siap kembali bertugas jika negara dalam keadaan darurat perang, hal ini telah ditegaskan sebelum mereka meninggalkan KNIL atau pada saat terakhir ketika KNIL di Indonesia dibubarkan tahun 1950 di Indonesia Timur, di Makassar oleh panglima TT-VII Wirabuana Kol.(TNI) A.E Kawilarang. Hampir 5000 ex-KNIL terkumpul kembali dengan usia sebagian besar mereka berada diatas 40-an dan 50-an, serta beberapa dari mereka ada yang mendekati 60 tahun.